Minggu, 25 Juni 2017

Manajemen Kelas



            Secara historis, dalam manajemen kelas guru dianggap sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002).
            Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter, 2002).

Lingkungan Kelas

Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :

  • Kelas adalah multidimensional

Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis,  dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
-
  • Aktifitas terjadi secara simultan
Satu klaster (cluster) murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lainnya mendiskusikan cerita bersama guru, dan murid lainnya mengrjakan tugas lain.
  •  Hal-hal terjadi secara cepat
­Kejadian sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respon cepat.
  • Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi
Misalnya: alarm kebakaran berbunyi, murid sakit, murid berkelahi, komputer rusak, pemanas rusak dimusim dingin, dll.
  • Hanya ada sedikit privasi
Kelas adalah tempat publik di mana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi.
  • Kelas punya sejarah
Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagaimana guru menangani perilaku yang bermasalah di awal tahun, di mana guru bersikap pilih kasih, dll.


Tujuan Manjemen Kelas

Manajemen kelas yang efektif, memiliki dua tujuan utama, yaitu :
  • Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
  •  Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional

Prinsip Penataan Kelas

  • Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer dan pastikan mudah diakses.
  • Pastikan  bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
Tugas manjemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja murid dan semua murid.
  •  Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
Pemberlakuan hal ini dapat meminimalkan waktu persiapan dan perapian, mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
  • Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua persentasi kelas
Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi-kursi atau menulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.

Gaya Penataan

Penataan Kelas Standart
Penataan kelas standart memiliki beberapa gaya, diantaranya :

  • Gaya auditorium
Dalam gaya ini, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru  bebas bergerak kemana saja, Gaya ini sering dipakai ketika guru mengjar atau seseorang memberi persentase ke kelas.
  • Gaya tatap muka (face-to-face)
Dalam gaya ini, murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.

  •  Gaya off-set
Sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk dibangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama yang lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.

  • Gaya seminar
Sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U. Gaya ini efektif ketika seorang guru ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan guru.

  • Gaya Klaster (Cluster)
Sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Suasana ini terutama efektif untuk aktifitas pembelajaran kolaboratif.

Personalisasi Kelas

Menurut pakar manajemen kelas Carol Weinstein dan Andrew Migano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar motel nyaman tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apapun tentang orang yang menggunakan ruangan itu.
Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi murid lain yang positif. Papan buletin juga dapat disediakan untuk memajang karya terbaik minggu ini yang dipilih sendiri oleh murid.


Paedagogi dan Andragogi




Lingkup Androgogi

            Androgogi berlaku bagi segala bentuk pembelajarn orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalm rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen . Aplikasi andragogi berlaku di ruang-ruang khusus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional, dan lain-lain.
Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prin sip-prinsip andragogi dengan desain penelitian sebagai berikit :
  •  Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan, misalnya perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
  • Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
  • Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbedadari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
  • Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.
Secara operasional, prinsip-prinsip tersebut disajikan berikut ini :
  • Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi pengajaran mereka.
  •  Pengalaman, termasuk kesalahan yang mereka rasakan, menjadi dasar untuk kegiatan belajar.
  • Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaan atau kehidupan pribadinya.
  • Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada masalah daripada ketimbang berorientasi pada isi

Isu Andragogi

 Andragogi memiliki lima isu, yaitu :
  • Memberikan kesemptan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yangpenting untuk dipelajari.
  • Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi yang tersedia.
  • Topik kegiatan belajarterkait pengalaman peserta didik.
  • Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termotivasi untuk belajar.
  • Diperlukan upaya membantu mereka mengatasi hambatan, perilaku, dari keyakinan tentang belajar.

Perbedaan Antara Pedagogi dan Andragogi


Aspek Fundamntal

            Andragogi adalah teori belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan khusus orang dewasa. Sedangkan pedagogi adalah belajar di masa kanak-kanak.
Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogi dan pedagogi :

No
                   Andragogi
Pedagogi
1

Pembelajaran disebut “peserta didik” atau “warga belajar”.

Pembelajaran disebut “siswa” atau “anak didik”
2

Gaya belajar independent

Gaya belajar dipendent
3

Tujuan Fleksibel

Tujuan ditentukan sebelumnya
4

Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi

Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman atau kurang informasi
5
Menggunakan metode pelatihan aktif

Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah atau ceramah

6

Pembelajaran mempengaruhi waktu dan kecepatan

Guru mengontrol waktu dan kecepatan
7

Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting

Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
8

Belajar berpusat pada masalah kehidupan nyata


Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis
9

Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh


Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh

            Melcom S. Knowles secara lebih rinci menyajikan asumsi dan proses pedagogi untuk dibedakan andragogi. Asumsi dari proses itu adalah :

No

Asumsi Pedagogi
Asumsi Andragogi
1
Konsep diri
Ketergantungan

Peningkatan arah diri atau kemandirian

2
Pengalaman
Berharga kecil

Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar

3
Kesiapan

Tugas perkembangan :
Tekanan sosial


Tugas perkembangan :
Peran sosial
4
Perspektif waktu

Aplikasi ditunda


Kecepatan aplikasi
5
Orientasi untuk belajat

Berpusat pada substansi mata pelajaran


Berpusat pada masalah
6
Iklim belajar

Berorientasi otoritas, resmi dan kompetitif 


Mutualitas/pemberian pertolongan, ras hormat, kolaborasi dan informal

7
Perencanaan

Oleh guru


Reksa (mutual) diagnosis sendiri

8
Perumusan tujuan

Oleh guru


Reksa negosiasi
9
Desain

Logika materi pelajaran, unit konten.


Diurutkan dalam hal kesepian unit masalah
10
Kegiatan

Teknik Pelayanan


Teknik pengalaman (penyelidikan)

11
Evaluasi

Oleh guru


Reksa diasnosis kebutuhan dan reksa program pengukuran


By :
Free Blog Templates