Secara historis, dalam manajemen kelas guru dianggap
sebagai pengatur. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih
dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator (Freiberg, 1999;
Kauffman, dkk., 2002).
Manajemen
kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat
dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran dan
konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter, 2002).
Lingkungan
Kelas
Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle
(1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan
potensi problemnya :
- Kelas adalah multidimensional
Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik
seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti
bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
-
- Aktifitas terjadi secara simultan
Satu klaster (cluster) murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lainnya
mendiskusikan cerita bersama guru, dan murid lainnya mengrjakan tugas lain.
- Hal-hal terjadi secara cepat
Kejadian
sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respon cepat.
- Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi
Misalnya: alarm kebakaran berbunyi,
murid sakit, murid berkelahi, komputer rusak, pemanas rusak dimusim dingin,
dll.
- Hanya ada sedikit privasi
Kelas adalah tempat publik di mana
murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga,
dan mengalami frustasi.
- Kelas punya sejarah
Murid punya kenangan tentang apa
yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagaimana guru menangani
perilaku yang bermasalah di awal tahun, di mana guru bersikap pilih kasih, dll.
Tujuan
Manjemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif, memiliki dua tujuan
utama, yaitu :
- Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
- Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional
Prinsip
Penataan Kelas
- Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
Gangguan dapat terjadi di daerah
yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku
murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer dan
pastikan mudah diakses.
- Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
Tugas manjemen yang penting adalah
memonitor murid secara cermat. Untuk itu, pastikan ada jarak pandang yang jelas
dari meja guru, lokasi instruksional, meja murid dan semua murid.
- Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
Pemberlakuan hal ini dapat
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, mengurangi kelambatan dan gangguan
aktivitas.
- Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua persentasi kelas
Untuk aktivitas ini, murid tidak
boleh memindahkan kursi-kursi atau menulurkan lehernya. Untuk mengetahui
seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.
Gaya
Penataan
Penataan
Kelas Standart
Penataan kelas standart memiliki beberapa gaya,
diantaranya :
- Gaya auditorium
Dalam gaya ini, semua murid duduk
menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja, Gaya ini sering
dipakai ketika guru mengjar atau seseorang memberi persentase ke kelas.
- Gaya tatap muka (face-to-face)
Dalam gaya ini, murid saling
menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang
pada susunan auditorial.
- Gaya off-set
Sejumlah murid (biasanya
tiga atau empat anak) duduk dibangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung
satu sama yang lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap
muka dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
- Gaya seminar
Sejumlah besar murid (10 atau
lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U. Gaya
ini efektif ketika seorang guru ingin agar murid berbicara satu sama lain atau
bercakap-cakap dengan guru.
- Gaya Klaster (Cluster)
Sejumlah murid (biasanya empat
sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Suasana ini terutama efektif
untuk aktifitas pembelajaran kolaboratif.
Personalisasi
Kelas
Menurut pakar manajemen
kelas Carol Weinstein dan Andrew Migano (1997), kelas sering kali mirip dengan
kamar motel nyaman tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apapun tentang orang
yang menggunakan ruangan itu.
Untuk
mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram
tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi murid lain yang positif.
Papan buletin juga dapat disediakan untuk memajang karya terbaik minggu ini
yang dipilih sendiri oleh murid.